Kisah: Keteguhan Iman Sang Ksatria Berkuda

PojokPesantren.Com - Ibnu al-Jauzi menceritakan sebuah kisah yang di dapat dari Abu Ali al-Barbari, bahwa sesungguhnya pernah ada  tiga orang bersaudara dari negara syam yang berangkat ke medan perang, mereka adalah para kesatria penunggang kuda yang pemberani. Namun pada  akhirnya tertangkap oleh raja negara Rum (Romawi) dan dijadikan tawanan.

Kisah: Keteguhan Iman Sang Ksatria Berkuda
sumber gambar:catatanratulebah.wordpress.com

Raja Rum mengatakan kepada mereka:
Saya akan membuatkan kalian sebuah istana dan menikahkan kalian dengan putri-putriku, akan tetapi sebelum itu, kalian harus masuk agama Nasrani terlebih dahulu.

Mendengar tawaran itu, mereka kompak menolaknya dan menyebut-nyebut nama Nabi Muhammad SAW sebagai tanda ketaatan dan keimanan mereka pada agama Islam.

Menyadari tawaran yang diberikan ditolak mentah-mentah oleh ketiga pemuda itu, raja Rum merasa emosi dan memerintahkan kepada para pembantunya untuk menyiapkan sebuah bejana besar yang diisi dengan minyak zaitun lalu memanaskannya selama tiga hari tiga malam hingga mendidih.

Bejana mendidih itu setiap hari ditunjukkan pada ketiga pemuda tadi, disertai dengan ancaman agar mereka mau masuk  agama nasrani. Apabila tidak mau, maka mereka bertiga akan dimasukkan kedalam bejana itu.

Karena ketiga bersaudara itu bersikukuh tetap pada ajaran agama Islam, akhirnya  raja Rum pun hilang kesabaran dan mulai melaksanakan ancamannya. Saudara tertua dari mereka terlebih dahulu dilemparkan kedalam bejana, disusul kemudian saudara keduanya.

Kini tersisa saudara termuda yang belum dilemparkan, melihat keadaan ini, sang raja berinisiatif untuk memfitnahnya dengan segala cara agar mau untuk berpindah agama dan memeluk agama Nasrani.

Menangkap keinginan dari sang raja, berdirilah salah seorang pembantu raja Rum untuk menawarkan sebuah rencana agar pemuda itu mau untuk berpindah keyakinan.

Orang tersebut berkata:
Wahai raja, saya bisa membujuk pemuda ini untuk masuk agama Nasrani.

Raja Rum  bertanya:
Bagaimana caramu melakukannya?

Orang itu berkata:
Kelemahan orang Arab adalah paling tidak tahan jika melihat wanita. Sedangkan menurut saya, tidak ada seorangpun yang lebih cantik di negara Rum ini kecuali anak saya. Maka dari itu, saya meminta izin kepada raja agar diberi waktu untuk melakukan sebuah rencana, yakni dengan cara menaruh mereka berdua (pemuda dan anak gadisnya) di sebuah kamar, pasti pemuda ini akan tertari untuk melakukan sesuatu dengan anak gadis saya yang cantik ini, setelah itu biar anak gadis saya merayu pemuda itu agar mau berpindah ke agama Nasrani.

Setelah mendengar penjelasan pembantunya, sang raja akhirnya menyetujui rencana itu dan memberi waktu kepadanya selama 40 hari. Segera setelah mendapatkan persetujuan dari sang raja, pembantu itu menyuruh anak gadisnya untuk segera melaksakan rencananya.

Sang gadis mengerti apa yang harus diperbuat dan menyuruh ayahnya segera pergi meninggalkan mereka berdua. Ternyata, hari-hari yang dilewati sang gadis bersama sang pemuda  sungguh di luar dugaan. Sang pemuda tak bergeming dan sama sekali tidak tertarik dengan sang gadis. Saat siang hari sang pemuda selalu berpuasa dan saat malam hari tiba, dia selalu disibukkan dengan qiyamul lail (sholat malam). Hal ini berlangsung terus menerus hingga mendekati habisnya waktu yang diberikan oleh sang raja.

Menyadari waktu yang diberikan raja kepadanya hampir habis, ayah gadis itu datang untuk melihat perkembangan rencananya.

Orang itu bertanya kepada anak gadisnya:
Apa saja yang sudah kamu lakukan bersama pemuda itu?

Sang gadis menjawab:
Saya tidak berbuat apa-apa selama bersama dia.

Sang ayah kaget bukan kepalang dan bingung akan kegagalan rencananya yang sudah tampak di depan mata, dia tidak tahu harus berkata apa pada raja nantinya.

Melihat kegelisahan sang ayah, sang gadis mencoba memberikan solusi dengan mengajukan ide agar sang ayah meminta waktu tambahan kepada sang raja, akan tetapi untuk rencana kali ini sang gadis memberi syarat baru, yakni supaya diberikan tempat yang lebih sepi dan jauh dari pantauan sang raja agar mereka lebih leluasa.

Sang ayahpun akhirnya melaksanakan usulan anak gadisnya dan menyampaikannya kepada sang raja. Mendengar hasil laporan perkembangan rencana pembantunya dulu dan permintaan tambahan waktu dari sang gadis perayu, akhirnya sang rajapun menyetujuinya dan memberikan waktu tambahan.

Mendapat persetujuan sang raja, rencana kedua itupun segera dilaksanakan, mereka berdua segera ditempatkan di daerah yang terpencil dan jauh dari pantauan sang raja.

Hari-hari berlalu setelah rencana kedua ini dilaksanakan, ternyata apa yang dilakukan sang pemuda tidak berubah, seperti biasanya dia tetap melaksanakan puasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari.

Sampai pada akhirnya tinggal beberapa hari saja waktu tambahan dari raja akan berakhir. Karena sangat heran melihat kepatuhan sang pemuda dalam melaksanakan ibadah saat mereka bersama dalam pengasingan, maka pada suatu malam sang gadis memberanikan diri unutk bertanya kepada sang pemuda.

Sang gadis:
Wahai pemuda, saya selalu memperhatikanmu khusyuk mensucikan dan menyembah Tuhan yang nampaknya begitu Agung bagimu, sehingga kamu sama sekali tidak tertarik untuk melakukan selain itu bahkan tidak tertarik sama sekali untuk memdekati wanita cantik  sepertiku, hal ini berbeda sekali dengan sikap para pemuda pada umumnya. Maka dari itu, saya percaya dan meyakini kebenaran ajaran agamamu serta saya berikrar untuk mengikuti ajaran agamamu itu dan meninggalkan agama yang telah diajarkan oleh ayahku.

Mendengar ikrar sang gadis, sang pemuda menanggapi pernyataan itu dengan bertanya guna meyakinkan bahwa sang gadis memang benar-benar berikrar masuk agama Islam: Bagaimana caranya saya bisa melarikan diri dari sini?

Sang gadis menjawab:
Saya akan mencarikan cara melarikan diri dari sini untukmu.

Tak lama kemudian sang gadis pergi dan kembali dengan membawa seekor kuda untuk mereka berdua melarikan diri dari tempat itu.

Ternyata ikrar yang diucapkan gadis itu benar-benar dari hati, ketika malam tiba, akhirnya gadis itu mau untuk mengikuti sang pemuda melarikan diri.

Hari demi hari berlalu dalam pelarian, setiap pagi tiba, mereka selalu bersembunyi agar tidak ditangkap oleh pasukan raja Rum, dan akan kembali melanjutkan perjalanan saat malam hari tiba.

Hingga akhirnya pada suatu malam di tengah pelarian, kuda yang mereka tumpangi terjatuh karena mendengar suara yang mengagetkan. Saat terjatuh, tiba-tiba muncul seorang malaikat dan dua orang laki-laki bersaudara. Malaikat itu mengucapkan salam pada pemuda dan gadis tadi lalu berkata pada pemuda itu:

Allah SWT telah mengutus kami untuk menikahkanmu dengan wanita ini, dan dua orang bersaudara yang sedang bersamaku ini akan menjadi saksinya.

Singkat cerita, pemuda dan gadis itupun akhirnya dinikahkan oleh malaikat tadi, kemudian selang beberapa saat malaikat serta dua orang bersaudara itu kembali menghilang dari pandangan.

Di akhir pelarian, akhirnya sampai juga suami isteri baru ini di negara  Syam (Sekarang Syiria), tempat dimana pemuda tadi berasal dan merekapun berdua hidup dengan damai di sana.

Sumber: Kitab Irsyadul ‘Ibad, Halaman 7, Percetakan al-Hidayah, Surabaya.
Kisah: Keteguhan Iman Sang Ksatria Berkuda Kisah: Keteguhan Iman Sang Ksatria Berkuda Reviewed by Admin on 08.52 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.